Kamis, 07 November 2019

PENGUKURAN FISIOTERAPI
“TUGAS RESUME MATERI PERTEMUAN 7”





Puspa Adelia
E2018049
SEMESTER 3 / DIV FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019

MATERI 7
PENGUKURAN ROM
Konsep Dasar
Hal yang mendasari pengukuruan gerakan sendi adalah:
1. Goniometer
2. Joint motion
3. Range of Motion (ROM)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi ROM
5. End feel
6. Capsular Pattern of ROM limitation
7. Non capsular pattern of ROM limitation

A. Goniometer
           Goniometer berasal dari Yunani: Gonia (sudut) dan metron (ukuran). Digunakan untuk pengukuran sudut(jarak gerak/lingkup gerak) persendian pada satu gerakan (single motion). Salah satu parameter dalam melakukan pemeriksaan/ evaluasi pada persendian dan jaringan lunak (soft tissue) disekitar sendi. Goniometri digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif dan pasif. Data dari goniometri dihubungkan dengan data-data lainnya dapat dijadikan dasar untuk :
1. Menentukan ada atau tidak adanya disfungsi
2. Menegakkan diagnosis
3. Menentukan tujuan dari tindakan atau intervensi
4. Mengevaluasi peningkatan atau penurunan dari target intervensi
5. Memodifikasi intervensi
6. Memotovasi subjek
7. Mengetahui efektifitas suatu tehnik terapeutik khusus seperti latihan-latihan, obat-obatan dan prosedur pembedahan.
8. Pembuatan orthose dan pelengkap adaptasi.

B. Joint Motion
          Gerakan yang terjadi pada persendian dapat terjadi pada permukaan sendi (Athrokinematik) dan pada tulang (Osteokinematik).
1. Permukaan sendi (athrokinematik).
 Gerakan dapat berupa :
    • Slide / Glide (geser)
    • Spin (angular)
    • Rol (berputar)
 Dalam tubuh manusia/ ketiga gerakan athrokinematik tersebut terjadi secara bersamaandan menghasilkan suatu kombinasi gerak yang mempengaruhi gerakan. 
2. Pada tulang (osteokinematik)
 Gerakan osteo kinematik terjadi pada tiga bidang gerak dengan masing-masing aksis gerakannya :
    a. Bidang sagital : Aksis gerakan medial-lateral.
    b. Bidang frontal : Aksis gerakan anterior-posterior
    c. Bidang transversal : Aksis gerakannya vertikal

C. ROM :
           ROM (Range Of Motion) adalah pengukuran luas jarak suatu sendi berdasarkan MMT (Manual Muscle Testing). Sedangkan LGS(Lingkup Gerak Sendi)  pengukuran luas gerak persendian berdasarkan MMT. Jadi,“ LGS dan ROM adalah sama, beda bahasa saja”. Secara umum dikenal 2 metode penulisan yaitu:
1. Zero method: contoh, sendi hip fleksi 0˚ - 125˚, ekstensi 0˚ - 15˚ (conventional)
2. ISOM (International Standar Orthopedic Measurement)
    contoh: Elbow : S 0° – 0° – 135°
                              S 5° – 0° – 135°

D. Faktor yang mempengaruhi ROM
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Active ROM
4. Passive ROM
5. End feel
6. Capsular pattern of ROM limitation
7. Non capsular pattern of ROM limitation Passive ROM

E. End Feel
        “Tipe setiap struktur yang membatasi ROM mempunyai karakteristik rasa,yang dapat terasa dengan pemeriksaan sendi pasif. Rasa yang bisa dirasakan oleh seseorangyang melakukan pemeriksaan pada akhir ROM pasif tersebut dinamakan end feel”.
· End feel Normal fisiologis :
End Feel
Jaringan
Contoh
Soft
Penjepitan jaringan lunak
Fleksi knee (pertemuan antara otot bagian posterior betis dan bagian posterior paha)
Firm
Regangan otot
Fleksi hip dengan knee lurus (regangan otot hamstring)


Regangan kapsul sendi
Ekstensi metakarpophalangeal jari-jari
(regangan kapsulanterior)

Regangan ligamen
Supinasi lengan (regangan ligamen
palmar radioulnar dari inferior radioulnar joint,membran interoseus,serabut obliq)
Hard
Benturan tulang
Ekstensi elbow (benturan antara olecranon ulna dan fosaolecranon humerus)

F. Tujuan Pengukuran ROM :
1. Mengetahui besarnya LGS suatu sendi.
2. Membantu menegakkan diagnosis fisioterapi.
3. Membantu menentukan tindakan terapi yang akan diberikan.
4. Mengevaluasi keberhasilan atau efektivias program terapi.
5. Menigkatkan motivasi dan memberikan semangat kepada pasien dalam menjalankan terapi.

MEDIA DAN ALAT BANTU PENGUKURAN ROM
1. Universal Goniometer


2. Formulir Hasil Pengukuran
3. Alat tulis

PELAKSANAAN PENGUKURAN
1. Persiapan alat
a. Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan.
b. Menyiapkan goniometer
c. Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran LGS
2. Persiapan terapis
a. Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran
b. Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di tangan.
c. Memakai pakaian yang bersih dan rapih.
3. Persiapan pasien
a. Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang diperiksa mudah dijangkau pemeriksa.
b. Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi secara umum pasien masih berpakaian sesuai dengan kesopanan.
4. Pelaksanaan pemeriksaan
a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara lisan.
b. Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran LGS kepada pasien.
c. Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi (Bahu dan Lengan bawah).
d. Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat gerakan.
e. Menjelaskan dan memperagakan gerakan yang hendak dilakukan pengukuran kepada pasien.
f. Melakukan gerakan pasif 2 atau 3 kali pada sendi yang diukur, untuk mengantisipasi gerakan kompensasi.
g. Memberikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal sendi yang diukur, bilamana diperlukan.
h. Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.
i. Meletakkan goniometer :
1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik.
3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
j. Membaca besaran LGS pada posisi awal pengukuran dan mendokumentasikannya dengan notasi ISOM.
k. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada. Memposisikan goniometer pada LGS maksimal sebagai berikut:
1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik.
3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang bergerak.
l. Membaca besaran LGS pada posisi LGS maksimal dan mendokumentasikannya dengan notasi International Standard Orthopedic Measurement (ISOM).

Cara penulisan ROM menggunakan penulisan ISOM :
a. Semua gerakan ditulis dalam 3 kelompok angka.
b. Ekstensi dan semua gerakan yang menjauhi tubuh ditulis pertama.
c. Fleksi dan semua gerakan yang mendekati tubuh ditulis terakhir.
d. Posisi awal dituliskan di tengah.
e. Lateral fleksi/rotasi spine ke kiri ditulis pertama, ke kanan ditulis terakhir.
f. Semua gerakan diukur dan posisi awal netral atau posisi anatomis
g. Posisi awal normal ditulis dengan 0, tetapi dalam keadaan patologis berubah
h. Semua posisi yan mengunci atau tidak ada gerakan sama sekali (ankylosis) hanya ditulis dengan 2 kelompok angka.

 Metode Pencatatan :
 PICTORIAL CHART
Sagital – Frontal – Tranversak – Rotation
· Dikembangkan oleh Gerhart dan Russe yang dilakukan dengan melakukan pencatatan awal gerak pada suatu bidang untuk dua gerakan yang berlawanan. 
      Contoh:
Ekstensi – fleksi shoulder (50 ˚– 170 ˚) pada bidang sagital



Shoulder S : 50° – 0° - 170°
Hip Abd (45 ˚) dan Add (15 ˚) pada bidang frontal
Hip F : 45° – 0° - 15°
· Penulisan 2 kelompok angka pada sistem SFTR yang menunjukkan sendi dalam keadaan terkunci.
Contoh :
Elbow: S 0 -10, artinya sendi siku terkunci/ kaku pada 10 ˚ F.
R 10- 0, artinya sendi siku terkunci pada 10˚ Sup.
R 0 -15, artinya sendi siku terkunci pada 15˚ Pronasi
· Posisi deformitas dengan mudah digambarkan melalui penulisan tersebut:
Contoh :
Knee : F 10° - 0° (Genu valgus)
F 0° - 10° (genu varus)
S 10° – 0° – 130° (genu recurvatum)
· Jika angka di tengah tidak 0 ˚ berarti ada kekakuan sendi di awal gerakan.
Contoh :
Elbow: S 0° - 10° - 135°
Artinya kaku pada posisi 10˚ ke arah fleksi 135˚.